Minggu, Oktober 13, 2024
Berita Madrasah

Terapkan Esensi Pendidikan Inklusif di Madrasah, MAN 2 Sleman Libatkan Difabel Netra Dalam Implementasi P5P2RA

Sleman (MAN 2 Sleman) – Sejumlah 8 siswa difabel netra MAN 2 Sleman mengikuti Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P5P2RA) di Aula Bawah MAN 2 Sleman selama dua minggu (11-21/09/2023).

Akomodasi yang layak bagi peserta didik difabel netra tidak mungkin muncul dengan sendirinya tanpa adanya kreatifitas dan inovasi dari insan pendidik. Hal inilah yang dilakukan oleh guru yang mengajar di madrasah inklusif. Mereka sangat percaya bahwa salah satu ruang untuk modifikasi kurikulum inklusif justru akan muncul tatkala komunikasi dua arah antara guru dan siswa difabel berjalan dengan baik.

Menurut Sari Dwi Hartiwi, S.S., guru Bahasa Indonesia, pada mulanya semua guru, khususnya saya sebagai guru baru di MAN 2 Sleman akan kebingungan ketika berhadapan dengan siswa berkebutuhan khusus.

“Awal saya masuk di madrasah ini tentu saya berpikir bagaimana cara mengaplikasikan kurikulum dengan keragaman siswa yang ada, namun demikian seiring berjalannya waktu pada akhirnya saya dapat menemukan metode dan pendekatan yang tepat, khususnya ketika berhadapan dengan siswa difabel. Ternyata kuncinya ada dikomunikasi pungkasnya”.

Sementara menurut Rexly salah seorang siswa difabel netra MAN 2 Sleman, saya punya modal dasar untuk bersekolah di madrasah inklusif yaitu keberanian. Ternyata pondasi ini memang berpengaruh bagi penerimaan teman-teman di madrasahh.

“Semula saya cuma nekad saja memberanikan diri bertanya kepada teman-teman, mencoba berbaur dengan ikut kegiatan, misalnya kegiatan judo yang belum pernah diikuti siswa difabel, namun dengan adanya saya yang berkebutuhan khusus pada akhirnya pelatih akan menyesuaikan dengan keterbatasan dan kelebihan yang saya miliki ” tegasnya.

 Menurut Anaessaburi guru GPK MAN 2 Sleman, komunikasi merupakan kunci yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif. “saya sudah berkeliling hampir disebagian besar sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di DIY ini, banyak sekolah atau madrasah yang pasang surut penyelenggaraan pendidikan inklusifnya, padahal mereka sudah mempunyai guru GPK lulusan PLB, tapi tidak sedikit sekolah atau madrasah yang hanya memanfaatkan sumber daya yang ada dengan segala keterbatasannya mereka dapat memberikan layanan terbaik kepada siswa difabel mereka. Ketika saya tanyakan kepada mereka ternyata kuncinya ada dikomunikasi yang terbangun dengan baik antara guru, siswa dan orang tua siswa” tandasnya.

Menurut kordinator ULD MAN 2 Sleman Suratini S.Pd kurikulum merdeka merupakan model kurikulum yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi seorang guru untuk melakukan modifikasi berdasarkan kebutuhan peserta didik yang dihadapi “” ini selaras dengan konsep pendidikan inklusif yaitu memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (Sari/Qoma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *