Usung Tema Pelestarian Bumi, MTsN 10 Sleman Gelar Workshop Penulisan Antologi Puisi
Sleman (MTsN 10 Sleman) Fenomena kerusakan bumi tak bisa dipungkuri lagi. Gunung, lautan, hutan, air, dan udara rusak dan tercemar oleh perilaku manusia. Jika dibiarkan, bumi tak lagi layak untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. “Kita tak bisa tinggal diam, Puisi adalah salah satu wahana menyuarakan penyelamatan bumi, “ujar Nelly Saraswati dalam pengantar materi Workshop Penulisan Antologi Puisi MTsN 10 Sleman Jumat, (15/9/2023). Mengambil tajuk “Eksistensi Bumi dalam Bingkai Literasi” , wokshop digelar di Dom MTsN 10 Sleman pukul 07.00 s.d. pukul 09.00. Bertindak sebagai pemateri Nelly Saraswati, S.Pd. dan Sulistyawati, S.Pd. dengan peserta 380 siswa kelas 7,8, dan 9. Program ini merupakan antologi ketiga karya siswa MTsN 10 Sleman. “Penulisan antologi merupakan upaya madrasah menggiatkan literasi, “ungkap Nelly Saraswati yang berkecimpung dalam literasi madrasah.
Workshop dibuka Kepala MTsN 10 Sleman Paijo, S.Ag.,MP.d.I, “Bismillaahirahmaanirrahiim, workshop saya nyatakan dibuka, “ujar Pak Paijo. Ia memotivasi peserta untuk sungguh-sungguh mengikuti workshop dan dibuktikan dengan karya. “Manfaatkan kesempatan ini untuk berkreasi dan berkarya, menyusun puisi, “tandasnya. Lebih jauh, pemateri Nelly Saraswati menguraikan rambu-rambu menulis puisi. “Hal pertama yang kita lakukan adalah menentukan ide. Ide bukan ditunggu, melainkan dicari dan dipikirkan, “tandas Nelly. Menggunakan media PPT dan video, Nelly berusaha memantik peserta mengenal puisi hijau (ekologi bumi). “Puisi Hijau (ekologi sastra) karya puisi yang mengungkapkan atau menceritakan isu lingkungan hidup dan kritik terhadap interaksi manusia dan lingkungannya, “ungkap Nelly.
Pemateri kedua, Sulistyawati, menguraikan unsur fisik dan batin puisi. “Struktur fisik terdiri dari kata kongkret, diksi, imaji, majas, rima dan tipografi, sedangkan unsur batin terdiri dari tema, isi, dan amanat puisi,”urai Sulistyawati. Selanjutnya, satu per satu unsur pembentuk puisi diuraikan seraya membimbing anak menorehkan kata demi kata dalam bait puisi.
Penanggung jawab penulisan antologi puisi Septiana Farida, S.Pd. mengungkapkan bahwa siswa antusias menorehkan karya di atas kertas usai pemateri menuntaskan uraian. “Anak-anak dikondisikan bersama-sama berkarya dalam waktu dan tempat yang sama untuk menjaga semangat dan kebersamaan, “ungkapnya. Di bawah bimbingan empat guru bahasa Indonesia: Septiana Farida, Rahmayanti Ayuba, Sulistyawati, dan Nelly Saraswati siswa menuntaskan karya puisi 13 – 16 larik puisi hijau. Selanjutnya, karya memasuki tahap pengumpulan, pengetikan, pengeditan, dan penerbitan. “Alhamdulillah, target karya anak terpenuhi, selanjutnya kami tunggu karya puisi guru untuk bersama-sama diantologikan, “pungkas Septiana.(nsw)