Dua Guru MTs Negeri 3 Sleman Ikuti Seminar Hari Guru Nasional 2023 di UPY
Kemenag DIY mengadakan Seminar Hari Guru Nasional 2023 yang ditujukan untuk guru se-DIY. Dengan tagline “Wujudkan Madrasah Jogja Istimewa melalui Cyber Madrasah dan Anti-Bullying“, Kemenag mengundang beberapa narasumber dan keynote speaker. Seminar dilaksanakan pada Jumat, 17 November 2023 di Auditorium Universitas PGRI Yogyakarta. MTs Negeri 3 Sleman mengirim dua perwakilan untuk mengikuti seminar tersebut, yakni Suwardi, S.S., M.Pd. dan Qismatun Nihayah, S.Pd.
Berkesempatan memberikan sambutan, Dr. H. Masmin Afif, M.Ag. menuturkan bahwa masalah bullying ini sangat penting untuk mendapat perhatian untuk mewujudkan madrasah ramah anak. Dengan demikian madrasah mampu menyuguhkan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk belajar.
Stafsus Menteri Agama RI Bidang Komunikasi Publik, Media, dan Teknologi Informasi, H. Wibowo Prasetyo menyampaikan bahwa pentingnya meningkatkan literasi keagamaan bagi para siswa untuk menciptakan SDM yang berkualitas. Hal itu akan berguna untuk mrngantisipasi maraknya hoax dan ujaran kebencian yang berpotensi merusak generasi muda. Salah satu narasumber, Dedy Andrianto, S.Pd., S.Sos. mengungkapkan bahwa perilaku bullying bisa disebabkan oleh ketidakadilan yang didapatkan sehingga menimbulkan kekecewaan dan berdampak kepada perilaku. Selain itu, narsum menyampaikan bahwa madrasah tidak akan mampu berjalan sendiri untuk mewujudkan madrasah ramah anak. “Madrasah perlu bekerja sama dengan wali dan beekomitmen membangun suasana lingkungan yang menyenangkan melalui program parenting untuk sosialisasi, berbagi informasi, pengetahuan, dan meng-upgrade keterampilan orang tua dalam pengasuhan positif di rumah,” tandas Dedy.
Narsum terakhir yakni Dr. Susanto, M.A. merupakan ketua KPAI 2017-2022. Beliau menjelaskan tentang bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah wajib memberi dukungan bagi korban bullying yang berupa empati dan dukungan moral sehingga korban akan merasa aman. “Ternyata banyak korban bullying yang tidak berani speak up karena takut akan mendapatkan bullying yang lebih parah lagi. Sekolah harus mempunyai wadah yang tepat agar tidak ada korban seperti itu. Misalnya dengan memfasilitasi kotak pengaduan rahasia sehingga siswa merasa aman untuk speak up.” jelas Susanto.(nay)