P5P2RA MTsN 6 Sleman Pesankan Setiap Orang Bisa Menjadi Wirausahawan
Sleman (MTsN 6 Sleman) – Konsep kembali ke alam saat ini kerap digaungkan seiring dengan berbagai penemuan ilmiah yang menyatakan bahwa tanaman herbal sebagai salah satu khasiat alam sangat berguna bagi kehidupan manusia daripada produk-produk artificial. Sayangnya, generasi muda atau Gen Z adalah generasi yang lebih menyukai kemudahan dan keefektifan, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan. Padahal, apabila Gen Z belajar lebih mendalam, mereka akan mengetahui bahwa alam menyediakan tanaman berkhasiat obat yang telah teruji mampu mencegah dan menyembuhkan penyakit.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil’alamin (P2RA) Kelas Belajar Cepat 9G-KBC ingin memberikan pemahaman sejak dini kepada siswa yang merupakan generasi muda, khususnya siswa SMP/MTs bahwa tanaman obat dapat dijadikan alternatif pencegahan dan pengobatan non kimia yang saat ini juga menjadi rujukan para ahli kesehatan. Selain itu tanaman herbal berkhasiat ini dapat pula dijadikan produk lain selain obat yang juga dibutuhkan masyarakat. Siswa diajak mengeksplorasi berbagai tanaman obat di Indonesia yang berkhasiat melalui pemaparan pembimbing, diskusi dengan guru-guru yang kompeten dan membaca berbagai referensi dari buku di perpustakaan maupun sumber online.
Dari berbagai tanaman yang dipelajari selama ini, siswa memilih tanaman sereh atau yang bahasa latinnya adalah Cymbopogon Nardus sebagai tanaman yang akan dieksplor lebih lanjut. Untuk memperdalam pemahaman siswa tentang pemanfaatan tanaman sereh menjadi komoditi non-medis, tim P5P2RA MTsN 6 Sleman mengajak siswa 9G belajar bersama ahlinya. Berlangsung di ruang kelas 9G, Rabu, (07/02) pukul 13.00, siswa 9G belajar bersama tentang ‘Rekayasa Teknologi dan Berwirausaha’ bersama nara sumber Evi Oktaviani, ST dari PT. Nur Mulya Sinar Gemilang. Kepala MTsN 6 Sleman, Jazim Kholis, S.Ag yang hadir sekaligus membuka acara ‘Kontekstualisasi P5P2RA bersama ahli’ mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bernilai positif karena dapat membuka wawasan para siswa yang masih belia tentang pemanfaatan kekayaan alam menjadi berbagai produk yang berguna sekaligus mereka bisa belajar berbisnis dari sumbernya langsung,” jelas Jazim.
Menurut ketua P5 kelas 9, Yayan Pebri Antoro, S.Pd, Evi akan memaparkan bagaimana dengan sentuhan teknologi, sereh bisa menjadi berbagai komoditi. “Ibu Evi juga akan memberikan tip-tip berbisnis sejak dini, sehingga nantinya produk yang dihasilkan dapat bernilai jual. Semoga anak-anak tertarik dan mulai berpikir menjadi wirausahawan walaupun masih di bangku sekolah.” terang Yayan. Yayan juga berharap, dari kegiatan seperti ini anak-anak dapat terasah karakternya menjadi generasi muda yang kreatif, mandiri, berpikir kritis dan menghargai kekayaan alam Indonesia.
Evi yang sehari-hari berkegiatan sebagai pelaku usaha memberikan pemaparan yang sederhana namun jelas pada para siswa yang masih berusia sekitar 12-14 tahun. Kali ini beliau menjelaskan bagaimana sereh dapat diolah menjadi produk lain seperti, parfum, aroma terapi, cairan semprot pengusir nyamuk, tikus dan berbagai serangga lainnya. Sebelumnya, evi menerangkan bagaimana sereh diolah menjadi minyak sereh. “Minyak sereh adalah minyak yang cukup mahal di pasaran, namun kita bisa membuat sendiri sebenarnya. Hanya karena waktu terbatas, saya bawakan minyak yang sudah jadi. Yang penting kalian tahu proses pembuatannya.” kata Evi mengawali paparannya.
Bersama Evi, para siswa dilatih untuk membuat cairan pengusir serangga dan parfum ruangan yang berbahan sereh dan bahan lain yang ramah lingkungan. Para siswa terlihat antusias bekerja dengan dibimbing oleh Evi. Aris salah satu siswa 9G mengatakan bahwa ini adalah pengalaman pertama baginya membuat produk seperti ini. “Biasanya sereh hanya dicampur jahe dijadikan minuman saja.” kata Aris tesenyum. Lain lagi yang dinyatakan oleh Qalesya. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan karena sebagai generasi muda ia menjadi tahu bahwa barang yang terlihat mewah di pasaran ternyata dibuat dengan sederhana saja namun dengan pengemasannya yang bagus. “Setiap orang bisa membuatnya asal mau belajar.” jelasnya.
Di akhir sesi, Evi menjelaskan bagaimana menjadikan produk yang dibuat diminati pasaran dan bagaimana mengitung keuntungan secara sederhana. Isi, kemasan yang menarik dan harga jual adalah faktor yang menentukan suatu produk diminati masyarakat atau tidak. Tentu ini merupakan hal baru bagi siswa namun menyenangkan sekaligus membuka wawasan siswa bahwa mereka dapat menjadi pebisnis sejak dini. (luf)