Senin, Maret 24, 2025
Berita Madrasah

Usung Tema “Ingkut Nyiprat Kabudayan”, MTsN 8 Sleman Warnai BOKOFEST 2024

Kemenag Sleman News (MTsN 8 Sleman) — MTsN 8 Sleman membawa semangat budaya dan kreativitas dalam acara Kirab Gunungan Bokoharjo Festival (BOKOFEST) 2024 yang diikuti oleh padukuhan serta sekolah dan madrasah area Bokoharjo pada Minggu (15/12/2024) di Kawasan Wisata dan Budaya Banyunibo. Mengusung tema “Ingkut Nyiprat Kabudayan”, MTsN 8 Sleman menampilkan konsep unik yang memadukan tradisi lokal dengan kreativitas modern melalui batik ciprat khas madrasah.

Kepala MTsN 8 Sleman, Agus Sholeh, S.Ag., menyampaikan bahwa partisipasi dalam BOKOFEST 2024 merupakan bagian dari komitmen madrasah untuk melibatkan siswa dalam melestarikan budaya. “Melalui tema Ingkut Nyiprat Kabudayan, kami ingin siswa memahami bahwa mereka adalah bagian dari upaya menjaga dan mempromosikan kebudayaan kita. Semoga apa yang ditampilkan MTsN 8 Sleman hari ini bisa memberikan inspirasi bagi generasi muda,” tutur Agus Sholeh.

Dalam bahasa Jawa, “ingkut” berarti cawe-cawe atau ikut serta membantu. Sementara itu, “nyiprat” merujuk pada teknik batik ciprat, salah satu hasil karya siswa MTsN 8 Sleman yang telah menjadi ikon seni di madrasah tersebut. Dengan tema ini, MTsN 8 Sleman menyampaikan pesan bahwa madrasah ingin turut memberi warna pada kebudayaan, terutama budaya Yogyakarta, melalui karya-karya inovatif.

Penampilan MTsN 8 Sleman dalam Kirab Gunungan sangat mencuri perhatian. Para siswa tampil memukau dengan kostum batik ciprat yang dirancang khusus untuk acara ini. Siswi putri mengenakan dress batik ciprat dengan motif yang unik, sementara siswa putra menggunakan atasan dan bawahan berbahan serupa. Para guru turut mendukung dengan memakai balutan beludru hijau yang dipadukan dengan kain jarik ciprat, menambah keanggunan penampilan madrasah dalam kirab budaya tersebut.

Hal menarik lainnya adalah penggunaan kain batik ciprat pada kostum maskot Prabu Boko, Roro Jonggrang, dan Bandung Bondowoso. Dengan mengintegrasikan batik ciprat pada sanur dan jarik maskot, MTsN 8 Sleman berhasil menyatukan elemen legenda lokal dengan identitas khas madrasah. Maskot ini tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga menegaskan keunikan MTsN 8 Sleman dalam melestarikan dan mempromosikan seni khas siswa.

Rochmad Rapih Raharjo, S.Pd., guru batik MTsN 8 Sleman, menjelaskan filosofi di balik tema ini. “Batik ciprat adalah hasil karya siswa yang mencerminkan semangat kebersamaan dan kreativitas. Dengan tema Ingkut Nyiprat Kabudayan, kami ingin menunjukkan bahwa MTsN 8 Sleman turut cawe-cawe atau berkontribusi memberi warna dalam upaya pelestarian budaya, terutama di Yogyakarta,” ungkap Rapih.

Selain itu, penampilan MTsN 8 Sleman juga menyertakan maskot budaya lokal berupa Prabu Boko, Roro Jonggrang, dan Bandung Bondowoso yang menggambarkan legenda populer dari kawasan Prambanan. Dengan kostum yang dirancang secara detail, maskot-maskot ini menonjolkan perpaduan tradisi dan modernitas yang harmonis.

Meskipun hujan sempat turun, semangat para peserta tidak surut. Kirab Gunungan tetap berlangsung meriah, dan penampilan MTsN 8 Sleman menjadi salah satu daya tarik utama yang mendapatkan apresiasi dari masyarakat.

Dengan keikutsertaan dalam acara ini, MTsN 8 Sleman menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal. Melalui Ingkut Nyiprat Kabudayan, MTsN 8 Sleman telah berhasil memberikan warna pada kebudayaan, membuktikan bahwa siswa, guru, dan seluruh warga madrasah mampu berkontribusi nyata dalam pelestarian budaya Yogyakarta. (idw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *